Read more: http://mas-andes.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-kolom-komentar-blog-auto.html#ixzz2j9nq1MnA er

Kamis, 12 Juli 2012

Squid Jingging



4.2. Konstruksi pancing cumi-cumi (squid jingger)
Konstruksi dan desain pancing cumi-cumi (squid jingger) yang di gunakan oleh nelayan Seith berbeda dengan mata pancing cumi-cumi yang umumnya kita lihat (lihat gambar 4). Bentuk pancing yang digunakan menyerupai jangkar kapal, dimana pancing terbuat dari timah dan kawat baja ataupun stainless. Pada bagian atas mata pancing terdapat dua buah kawat cabang yang berdiameter berbeda. Kawat yang lurus yang berdiameter 0.5 mm berfungsi untuk mengikat tali pancing dan kawat yang agak condong berdiameter 1 mm berfungsi sebagai tempat pencantelan umpan dan lekukan pada kawat tersebut berfungsi sebagai penahan badan pancing (tebuat dari timah) sehingga pancing ketika dioperasikan badan pancing tidak bergeser.


 
1.      Timah yang berfungsi sebagai pemberat
2.      Eye yang berfungsi untuk mengikat tali pancing dan mata pancing
3.      Point/mata pancing
4.      Kawat utama berfungsi sebagai tulang yang menghubungkan pemberat dan mata pancing dan bagian atas lekukan berfungsi sebagai tempat pencantelan umpan.
5.      Penjepit yang terbuat dari timah yang berfungsi sebagai penjepit umpan. setelah umpan dicantelkan pada mata pancing kemudian di jepit melekat dengan eye sehingga saat penangkapan, umpan tidak terlepas.
6.      Tali pancing. Untuk menghubungkan alat tangkap dengan pemancing

a.       Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :
v  Kawat baja terdiri atas 12-15 buah dengan diameter 1mm sesuai kebutuhan
v  Timah sebanyak 2-4 buah sesuai kebutuhan
v  Bambu/bulu 1 buah dengan panjang ± 6 cm
b.      Langkah-langkah mambuat mata pancing cumi.
Setelah alat dan bahan telah di dipersiapkan maka proses pembuatan alat tangkap di lakukan. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
v  Ambil dua buah kawat lurus dengan panjang sekitar 30 cm dan bambu atau bulu yang telah diukur sesuai dengan kebutuhan. Kemudian kawat tersebut dimasukkan kedalam bambu dengan panjang kurang lebih 1/3 panjang kawat.
v  Setelah itu, ambil Timah 2-3 buah untuk di leburkan, setelah timah melebur secara merata. Timah yang melebur tersebut kemudian dituangkan kedalam bambu/bulu yang berisi kawat tersebut. Kemudian timah dibiarkan kurang lebih 30 - 60 menit hingga timah tersebut kembali padat.
v  setelah timah mengering, kemudian ambil kawat dengan panjang kurang lebih 12 cm sebanyak 15 buah. Kawat tersebut berfungsi sebagai mata pancing. Kawat – kawat tersebut kemudian di ikatkan pada  kawat utama dengan jarak masing-masing kawat adalah sekitar 2 cm dan di ero/di buat membentuk mata pancing. Ujung kawat tersebut kemudian di asah satu per satu hingga runcing.
v  Pada bagian atas mata pancing atau pada sisi atas mata pancing tempat pencantelan umpan, kawat tersebut di bengkokkan sedikit tepat pada ujung timah/pemberat. Kawat ini berfungsi sebagai tempat pencantelan umpan dan sebagai penahan pemberat agar pada saat operasi penangkapan, pemberat tidak naik turun.
c.       Spesifikasi pancing cumi-cumi (squid jingger) yang digunakan:
Alat tangkap jigger beserta penggulungnya diperinci sebagai berikut:
·      Penggulung (Reel)
v  Bahan : Kayu
v  Bentuk : bulat
v  Ukuran : Diameter panjang 20 cm
v  Diameter pendek 15,5 cm
v  Lebar 19,5 cm
·         Tali (Line)
v  Bahan : Nylon monofilament
v  Diameter : 1 mm
v  Panjang : ±100 m
v  Interval : 30 cm dan 100 cm
·         Mata Pancing
v  Bahan : Timah dan Kawat
v  Panjang total : 25 cm
v  Panjang batang/badan (stem) warna : 8 cm
v  Jml. Lingkaran kait : 1 buah
v  Jml. Kait (hook) tiap lingkaran kait : 15 buah
v  Berat mata pancing : 40 gram
v  Warna batang/badan (stem) : abu-abu
·         Swivel/kili-kili
v  Bahan : Stainlees steel
v  Jumlah : 1 buah
·         Spesifikasi Lampu yang digunakan
v  Nama lampu : Torpedo light
v  Rated vol : 3 volt
v  Jumlah batarey : 2 buah
v  Warna lampu : Hijau, Biru; Merah, Hijau, Kuning; Merah, hijau
v  Panjang total 30 cm
4.4. Teknik pengoperasian alat tangkap.
a.  Persiapan menuju daerah penangkapan (Fishing Ground)
Sebelum berangkat meninggalkan fishing base menuju fishing ground maka terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, Sehingga saat setting tidak mendapatkan masalah atau kesulitan.
Adapun hal-hal yang harus disiapkan sebelum menuju daerah penangkapan adalah :
1.   Persiapan alat tangkap (fishing gear)
2.   Lampu (light fishing)
3.   Umpan(cumi-cumi,udang,dan ikan gabus)
4.   Lain-lain.
b.      Proses Pengoperasian alat tangkap (Setting)
            Prinsip penangkapan cumi sama dengan penangkapan ikan dengan hand line/line fishing pada umumnya yaitu mata pancing dipasang umpan ,baik umpan asli/alami ataupun umpan buatan yang berfungsi untuk menarik perhatian ikan dan cumi  ataupun organisme lain untuk mendekati alat tangkap. Perbedaan teknik penangkapan pada kedua alat tangkap ini adalah pada pancing cumi-cumi menggunakan alat bantu cahaya dalam penangkapan dan pengoperasian hanya dilakukan pada malam hari. Sedangkan pada alat tangkap line fishing ada juga manggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapan dan waktu pengoperasian bisa dilakukan pada siang maupun pada malam hari.
Ketika tiba didaerah penangkapan hal utama yang dilakukan adalah menyalakan lampu. Posisi lampu ditempatkan dibagian kanan sisi perahu. Penggunaan lampu berfungsi untuk menarik perhatian cumi-cumi agar berkumpul disekitar areal penangkapan (catchtable area) karena cumi-cumi merupakan jenis hewan yang suka terhadap cahaya, selang beberapa saat setelah lampu dinyalakan maka proses setting dilakukan. Pancing yang dioperasikan dibiarkan hanyut mengikuti arah arus kemudian alat tangkap dibiarkan dalam perairan beberapa saat sambil dijingging atau dengan cara alat tangkap dinaik dan diturunkan secara berkala  hal ini dilakukan agar ketika cumi-cumi memakan alat tangkap dapat terasa. 



4.5.            Hasil tangkapan
Selama pengambilan data berlangsung hasil tangkapan yang diperoleh didominasi oleh satu jenis cumi yaitu jenis Loligo Sp. Pada alat tangkap yang menggunakan umpan udang dan cumi-cumi hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak bila dibandingkan dengan pancing yang menggunakan jenis umpan ikan gabus. Hal ini dapat dilihat dari interval waktu yang dibutuhkan untuk tertangkapnya cumi-cumi pada ketiga alat tangkap tersebut. Namun penggunaan umpan ikan gabus hanya digunakan ketika nelayan tidak mendapatkan umpan untuk melakukan penangkapan. Ketika nelayan mendapatkan hasil tangkapan dengan menggunakan umpan ikan gabus, maka umpan akan langsung di gantikan dengan umpan cumi-cumi. Dari beberapa operasi penangkapan, jenis hasil tangkapan yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada gambar 5 dapat dijelaskan bahwa penangkapan cumi-cumi dengan menggunakan kombinasi lampu berwarna biru dan hijau mendapatkan hasil tangkapan lebih banyak dengan total hasil tangkapan sebanyak 357 ekor, dan kombinasi warna lampu hijau dan merah sebanyak 281 ekor, sedangkan alat tangkap dengan kombinasi warna merah, kuning dan biru mendapatkan hasil tangkapan sedikit yaitu sebanyak 268 ekor. Dari total seluruh trip penangkapan hasil tangkapan yang diperolehpada semua alat tangkap adalah sebanyak 899 ekor dengan panjang rata-rata 12.2 dan 13 cm.
IMG0250A.jpg






Gambar 4 : Jenis hasil tangkapan yang diperoleh

Gambar 5 : Grafik jumlah hasil tangkapan selama 10 trip berdasarkan warna cahaya lampu yang digunakan



 Selama pengoperasian, jenis hasil tangkapan yang diperoleh hanya satu jenis cumi yaitu Loligo sp. Hasil tangkapan dari masing – masing alat tangkap yang dioperasikan setiap malam dilihat dari waktu yang digunakan mulai dari awal tangkap hingga nelayan kembali ke fishing base hasil tangkapan yang diperoleh dari masing – masing unit alat tangkap dapat mencapai ratusan ekor per malamnya. Hali ini menandakan bahwa potensi cumi disekitar perairan leihitu hingga laut seram cukup banyak dan pemanfaatannya masih sangat terbatas.
Untuk mengetahui perbandingan hasil tangkapan pada masing – masing alat tangkap dengan warna lampu yang berbeda terhadap jumlah yang tertangkap dapat dilihat pada lampiran 5, 6 dan 7.
Jumlah hasil tangkapan per trip penangkapan yang di peroleh pada trip 1 yang menggunakan warna lampu hijau dan biru memperoleh hasil tangkapan sebanyak 53 ekor dengan panjang rata- rata 12.3 cm dan pada pancing yang menggunakan lampu berwarna merah, kuning, dan hijau memperoleh tangkapan sebanyak 39 ekor sedangkan pada alat tangkap yang menggunakan warna lampu merah dan hijau memperoleh hasil tangkapan sebanyak 47, pada trip 2 pancing yang menggunakan lampu berwarna hijau dan biru mendapatkan hasil tangkapan sebanyak2 ekor dan yang menggunakan warna lampu merah dan hijau mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 1 ekor sedangkan pancing yang menggunakan lampu berwarna merah, kuning dan hijau tidak mendapatkan hasil tangkapan.
Penggunaan lampu mutlak digunakan untukmenangkap cumi-cumi dengan alat tangkap pancing cumi-cumi ( jigger). Karena cumi-cumi merupakan jenis binatang air yang tertarik pada cahaya (phototaksis positif). Lampu yang digunakan dalam penagkapan cumi-cumi dengan alat tangkap jigger adalah lampu pijar, lampu karbit dan petromaks atau strongking.
Dalam proses Penangkapan cumi-cumi yang di lakukan oleh nelayan masih ada yang menggunakan lampu/cahaya yang masih bersifat tradisional seperti penggunaan obor sebagai alat bantu penangkapn, namun penggunaannya sudah sangat sedikit bila dibandingkan dengan sebagian besar nelayan yang sudah menggunakan cahaya/lampu dengan bantuan batu batrey. Namun ada sebagian yang masih memanfaatkan cahaya bulan sebagai alat/media penangkapan cumi.
            Lampu yang digunakan nelayan warnanya bervariasi yaitu biru, merah, kuning, hijau dan putih. Namun dari pengamatan selama operasi penangkapan, diantara warna lampu yang digunakan warna biru ,hijau, dan merah yang lebih dominan hasil tangkapannya bila di bandingkan dengan warna lampu lainnya.
Bila dilihat dari warna cahaya lampu yang digunakan maka hasil tangkapan lebih dominan pada cahaya biru. Dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan tingkah laku cumi dalam merespon adanya cahaya. Tingkah laku cumi kaitannya dalam merespon sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah kecenderungan agar cumi berkumpul di sekitar sumber cahaya.Pemilihan warna lampu dan Intensitas warna dalam hal penangkapan, nelayan belum banyak mengetahui bahwa warna cahaya yang digunakan juga sangat menentukan jumlah hasil tangkapan.
            Dalam operasi penangkapan cumi, nelayan banyak yang menggunakan lampu berwarna biru, merah, dan hijau. Penggunaan lampu berwarna biru sangat dianjurkan dalam penangkapan cumi maupun ikan yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapan. Hal ini disebabkan cahaya biru mempunyai panjang gelombang paling pendek dan daya tembus ke dalam perairan relatif paling jauh dibandingkan warna cahaya tampak lainnya, sehingga baik secara vertikal maupun horizontal cahaya tersebut mampu mengkover luasan yang relatif luas dibandingkan sumber cahaya tampak             lainnya.
            Berkebalikan dengan cahaya biru, cahaya merah yang mempunyai panjang gelombang yang relatif panjang diantara cahaya tampak, mempunyai daya jelajah atau daya tembuskedalam perairan yang relatif terbatas. Sehingga, cumi ataupunikan-ikan yang awalnya berada jauh dari sumber cahaya (perahu), dengan berubahnya warna sumber cahaya, ikut mendekat ke arah sumber cahaya sesuai dengan daya tembus cahaya merah. Dengan dibatasinya gerakan cumi atau ikan tersebut, maka operasi penangkapan akan lebih mudah dan nilai keberhasilannya lebih tinggi.
            Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu penangkapan cumi-cumi dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya itu sendiri.
Faktor lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi (penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis. Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut.
            Warna cahaya dan panjang gelombang dari masing-masing warna
 cahaya yang tampak disajikan dalam tabel berikut.  
                
4.7 Penentuan Daerah Penangkapan
Penentuan fishing ground yang tepat merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan hasil tangkapan. Pemilihan Fishing ground yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Perairan tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan ataupun organisme lain dengan mudah datang secara bersama dalam bentuk kelompok dan merupakan tempat yang baik bagi habitat hidup mereka.
2.      Perairan tersebut akan menjadi tempat dimana nelayan dapat dengan mudah mengoperasikan alat tangkap.
3.      Fishing ground harus dilokasikan sebagai suatu tempat yang bernilai  ekonomis.
Penentuan daerah penangkapan( fishing ground ) cumi - cumi oleh nelayan diperairan sekitar Leihitu hanya berdasarkan pengalaman yang sudah turun – temurun melakukan operasi penangkapan tanpa adanya suatu teknologi yang digunakan untuk membantu para nelayan mengetahui daerah penangkapan yang potensial untuk melakukan penangkapan cumi. Proses penangkapan cumi dilakukan hanya di dekat perairan pantai dengankedalaman perairan berkisar antara 30 - 50 meter.
Potensi penyebaran cumi di sekitar perairan Leihitu hingga sampai laut seram cukup besar hal ini dapat dilihat dari banyaknya nelayan yang melakukan operasi penangkapan yang menyebar mulai dari perairan sekitar negeri lima, seith, hila, kaitetu, hingga diperairan sekitar hitu ( lihat peta lokasi penangkapan, daerah yang di arsir pada lampiran 1).Nelayan dalam mencari keberadaan gerombolan cumi hanya mengandalkan pengalaman semata tanpa mengetahui dimana letak daerah yang potensial cumi.
Alat tangkap yang disettingkemudian di biarkan hanyut mengikuti arah arus dan ketika alat tangkap termakan/tersambar cumi, maka nelayan akan bertahan di lokasi tersebut untuk melanjutkan aktifitas penangkapan. Selanjutnya jikalau lokasi tersebut sudah kurang tangkapannya, maka lokasi penangkapan dipindahkan ke tempat lain dengan alat tangkap dibiarkan dalam perairan sambil menunggu pancing termakan cumi dan dibiarkan hanyut mengikuti arah arus.

4.8              Faktor-faktor yang Mempengaruhi hasil Tangkapan.
Selama pengambilan data berlangsung ada beberapa factor yang mempengaruhi hasil tangkapan cumi dan ini juga berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yaitu sebagai berikut :
·         Cuaca
Cuaca merupakan hal yang sangat mendukung keberhasilan penangkapan dan sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan, hal ini dapat dilihat dari pengalaman nelayan selama penangkapan. Jika cuaca tenang maka hasil tangkapan nelayan lebih banyak sebaliknya jikalau cuaca yang kurang baik dalam artian gelombang tinggi dan angin kencang disertai hujan yang deras, maka hasil tangkapan nelayan menurun.

·         Bulan
Mengingat penangkapan cumi hanya dilakukan pada waktu bulan terang, makaCahaya bulan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil tangkapan nelayan. Menurut nelayan,hasil tangkapan cumi biasanya banyak tertangkap pada saat usia bulan dari 1-10 hari dan saat bulan hendak masuk atau terbenam kembali hal ini merupakan pengalaman nelayan yang sudah turun – temurun melakukanpenangkapan. Hal ini di indikasikan bahwa ketika fase bulan mencapai umur 11 hingga 15 hari cahaya bulan tersebar merata dipermukaan perairan sehingga penyebaran cumi tidak terkonsentrasi pada satu sumber cahaya.
Arus
Arus merupakan salah satu faktor lingkungan yang turut mempengaruhi hasil tangkapan. Ketika arus yang kencang serta arah arus yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan cumi. hal ini dikarenakan bahwa ada Beberapa alat tangkap yang di operasikan pada satu lokasi penangkapan sering tersangkut antara satu dengan yang lain sehingga sangat mempengaruhi laju hasil tangkapan dari masing masing-masing alat tangkap.
·         Pasang Naik dan Turun
Berdasarkan hasil interview dengan nelayan menyebutkan bahwa pasang naik dan pasang surut berpengaruh juga terhadap hasil tangkapan, namun pernyataan ini belum dapat di pakai sebagai suatu pernyataan yang valid mengenai problema yang dapat mempengaruhihasil tangkapan, karena belum adanya satu penelitian atau pun artikel yang menunjukkan hal tersebut. Namun menurut pengalaman nelayan selama ini bahwa, saat pasang naik maka hasil tangkapan yang diperoleh lebih sedikit. Sebaliknya, jika terjadi pasang surut maka hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak

Read more: http://mas-andes.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-kolom-komentar-blog-auto.html#ixzz2j9oynIaI Read more: http://mas-andes.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-kolom-komentar-blog-auto.html#ixzz2j9oynIaI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar