4.2. Konstruksi pancing cumi-cumi (squid jingger)
Konstruksi dan desain pancing
cumi-cumi (squid
jingger) yang di gunakan oleh nelayan Seith
berbeda dengan mata pancing cumi-cumi
yang umumnya kita lihat (lihat gambar 4).
Bentuk pancing yang digunakan menyerupai jangkar
kapal, dimana pancing terbuat dari timah dan kawat baja ataupun stainless. Pada
bagian atas mata pancing terdapat dua buah kawat cabang yang berdiameter berbeda.
Kawat yang lurus yang berdiameter 0.5 mm berfungsi untuk mengikat tali pancing
dan kawat yang agak condong berdiameter 1 mm berfungsi sebagai tempat pencantelan
umpan dan lekukan pada kawat tersebut berfungsi sebagai penahan badan pancing
(tebuat dari timah) sehingga pancing ketika dioperasikan badan pancing tidak
bergeser.
|
1. Timah
yang berfungsi sebagai pemberat
2. Eye
yang berfungsi untuk mengikat tali pancing dan mata pancing
3. Point/mata
pancing
4. Kawat
utama berfungsi sebagai tulang yang menghubungkan pemberat dan mata pancing dan
bagian atas lekukan berfungsi sebagai tempat pencantelan umpan.
5. Penjepit
yang terbuat dari timah yang berfungsi sebagai penjepit umpan. setelah umpan
dicantelkan pada mata pancing kemudian di jepit melekat dengan eye sehingga
saat penangkapan, umpan tidak terlepas.
6. Tali
pancing. Untuk menghubungkan alat tangkap dengan pemancing
a. Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan sebagai
berikut :
v Kawat
baja terdiri atas 12-15 buah dengan diameter 1mm sesuai kebutuhan
v Timah
sebanyak 2-4 buah sesuai kebutuhan
v Bambu/bulu
1 buah dengan panjang ± 6 cm
b. Langkah-langkah
mambuat mata pancing cumi.
Setelah alat dan bahan telah di
dipersiapkan maka proses pembuatan alat tangkap di lakukan. Adapun langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
v Ambil
dua buah kawat lurus dengan
panjang sekitar 30 cm dan bambu atau bulu yang telah diukur sesuai dengan kebutuhan.
Kemudian kawat tersebut dimasukkan
kedalam bambu dengan panjang kurang
lebih 1/3 panjang kawat.
v Setelah itu, ambil Timah
2-3 buah untuk di leburkan, setelah
timah melebur secara merata. Timah yang
melebur tersebut kemudian dituangkan kedalam bambu/bulu yang berisi kawat
tersebut. Kemudian timah dibiarkan kurang lebih 30
- 60 menit hingga timah tersebut kembali padat.
v setelah timah mengering, kemudian ambil kawat dengan panjang kurang lebih 12 cm
sebanyak 15 buah. Kawat tersebut berfungsi sebagai mata pancing. Kawat – kawat
tersebut kemudian di ikatkan pada kawat
utama dengan jarak masing-masing kawat adalah sekitar 2 cm dan di ero/di buat
membentuk mata pancing. Ujung kawat tersebut kemudian di asah satu per satu
hingga runcing.
v Pada bagian atas mata pancing
atau pada sisi atas mata pancing tempat pencantelan umpan, kawat tersebut di bengkokkan sedikit tepat pada ujung
timah/pemberat. Kawat ini berfungsi sebagai tempat pencantelan umpan dan
sebagai penahan pemberat agar pada saat operasi penangkapan, pemberat tidak
naik turun.
c. Spesifikasi pancing
cumi-cumi (squid jingger) yang
digunakan:
Alat
tangkap jigger beserta penggulungnya diperinci sebagai berikut:
·
Penggulung (Reel)
v Bahan : Kayu
v Bentuk : bulat
v Ukuran : Diameter panjang 20 cm
v Diameter pendek 15,5 cm
v Lebar 19,5 cm
·
Tali (Line)
v Bahan : Nylon monofilament
v Diameter : 1 mm
v Panjang : ±100 m
v Interval : 30 cm dan 100 cm
·
Mata Pancing
v Bahan : Timah dan Kawat
v Panjang total : 25 cm
v Panjang batang/badan (stem) warna : 8 cm
v Jml. Lingkaran kait : 1 buah
v Jml. Kait (hook) tiap lingkaran kait : 15 buah
v Berat mata pancing : 40 gram
v Warna batang/badan (stem) : abu-abu
·
Swivel/kili-kili
v Bahan : Stainlees steel
v Jumlah : 1 buah
·
Spesifikasi Lampu yang digunakan
v Nama lampu :
Torpedo light
v Rated vol :
3 volt
v Jumlah
batarey : 2 buah
v Warna lampu
: Hijau, Biru; Merah, Hijau, Kuning; Merah, hijau
v Panjang
total 30 cm
4.4. Teknik pengoperasian alat tangkap.
a. Persiapan menuju daerah penangkapan (Fishing Ground)
Sebelum berangkat meninggalkan fishing base menuju fishing
ground maka terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan penangkapan, Sehingga saat setting tidak mendapatkan masalah atau
kesulitan.
Adapun hal-hal yang harus disiapkan sebelum menuju
daerah penangkapan adalah :
1.
Persiapan alat
tangkap (fishing gear)
2.
Lampu (light fishing)
3. Umpan(cumi-cumi,udang,dan
ikan gabus)
4. Lain-lain.
b. Proses Pengoperasian alat tangkap (Setting)
Prinsip
penangkapan cumi sama dengan penangkapan ikan dengan hand line/line fishing
pada umumnya yaitu mata pancing dipasang umpan ,baik umpan asli/alami ataupun
umpan buatan yang berfungsi untuk menarik perhatian ikan dan cumi ataupun organisme lain untuk mendekati alat
tangkap. Perbedaan teknik penangkapan pada kedua alat tangkap ini adalah pada
pancing cumi-cumi menggunakan alat bantu cahaya dalam penangkapan dan
pengoperasian hanya dilakukan pada malam hari. Sedangkan pada alat tangkap line fishing ada juga manggunakan cahaya
sebagai alat bantu penangkapan dan waktu pengoperasian bisa dilakukan pada
siang maupun pada malam hari.
Ketika tiba didaerah penangkapan hal utama yang dilakukan adalah
menyalakan lampu. Posisi lampu ditempatkan dibagian kanan sisi perahu.
Penggunaan lampu berfungsi untuk menarik perhatian cumi-cumi agar berkumpul
disekitar areal penangkapan (catchtable
area) karena cumi-cumi merupakan jenis hewan yang suka terhadap cahaya,
selang beberapa saat setelah lampu dinyalakan maka proses setting dilakukan. Pancing yang dioperasikan dibiarkan hanyut mengikuti
arah arus kemudian alat tangkap dibiarkan dalam perairan beberapa saat sambil
dijingging atau dengan cara alat tangkap dinaik dan diturunkan secara
berkala hal ini dilakukan agar ketika
cumi-cumi memakan alat tangkap dapat terasa.
Selama pengambilan data berlangsung hasil tangkapan yang diperoleh didominasi oleh satu jenis
cumi yaitu jenis Loligo Sp. Pada alat tangkap yang menggunakan umpan udang dan
cumi-cumi hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak bila dibandingkan dengan pancing yang
menggunakan jenis umpan ikan gabus. Hal ini dapat dilihat dari interval waktu
yang dibutuhkan untuk tertangkapnya cumi-cumi pada ketiga alat tangkap tersebut. Namun penggunaan umpan ikan gabus
hanya digunakan ketika nelayan tidak mendapatkan umpan untuk melakukan
penangkapan. Ketika nelayan mendapatkan hasil tangkapan dengan menggunakan
umpan ikan gabus, maka umpan akan langsung di gantikan dengan umpan cumi-cumi. Dari beberapa operasi penangkapan,
jenis hasil
tangkapan yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada gambar 5 dapat dijelaskan bahwa penangkapan cumi-cumi dengan
menggunakan kombinasi lampu berwarna biru dan hijau mendapatkan hasil tangkapan
lebih banyak dengan total hasil tangkapan sebanyak 357 ekor, dan kombinasi
warna lampu hijau dan merah sebanyak 281 ekor, sedangkan alat tangkap dengan
kombinasi warna merah, kuning dan biru mendapatkan hasil tangkapan sedikit
yaitu sebanyak 268 ekor. Dari total seluruh trip penangkapan hasil tangkapan
yang diperolehpada semua alat tangkap adalah sebanyak 899 ekor dengan panjang
rata-rata 12.2 dan 13 cm.
Gambar 4 : Jenis hasil tangkapan yang diperoleh
Gambar 5 : Grafik jumlah hasil tangkapan selama 10 trip berdasarkan
warna cahaya lampu yang digunakan
Selama pengoperasian, jenis hasil
tangkapan yang diperoleh hanya satu jenis cumi yaitu Loligo sp. Hasil tangkapan dari masing –
masing alat tangkap yang dioperasikan setiap malam dilihat dari waktu yang
digunakan mulai dari awal tangkap hingga nelayan kembali ke fishing base hasil
tangkapan yang diperoleh dari masing – masing unit alat tangkap dapat mencapai
ratusan ekor per malamnya. Hali ini menandakan bahwa potensi cumi disekitar
perairan leihitu hingga laut seram cukup banyak dan pemanfaatannya masih sangat
terbatas.
Untuk mengetahui perbandingan hasil
tangkapan pada masing – masing alat tangkap dengan warna lampu yang berbeda
terhadap jumlah yang tertangkap dapat dilihat pada lampiran 5, 6 dan 7.
Jumlah hasil tangkapan per trip
penangkapan yang di peroleh pada trip 1 yang menggunakan warna lampu hijau dan
biru memperoleh hasil tangkapan sebanyak 53 ekor dengan panjang rata- rata 12.3
cm dan pada pancing yang menggunakan lampu berwarna merah, kuning, dan hijau
memperoleh tangkapan sebanyak 39 ekor sedangkan pada alat tangkap yang
menggunakan warna lampu merah dan hijau memperoleh hasil tangkapan sebanyak 47,
pada trip 2 pancing yang menggunakan lampu berwarna hijau dan biru mendapatkan
hasil tangkapan sebanyak2 ekor dan yang menggunakan warna lampu merah dan hijau
mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 1 ekor sedangkan pancing yang menggunakan
lampu berwarna merah, kuning dan hijau tidak mendapatkan hasil tangkapan.
Penggunaan lampu mutlak digunakan untukmenangkap cumi-cumi
dengan alat tangkap pancing cumi-cumi (
jigger). Karena cumi-cumi merupakan jenis binatang air yang tertarik pada
cahaya (phototaksis positif). Lampu
yang digunakan dalam penagkapan cumi-cumi dengan alat tangkap jigger adalah
lampu pijar, lampu karbit dan petromaks atau strongking.
Dalam proses Penangkapan cumi-cumi yang di lakukan oleh nelayan
masih ada yang menggunakan lampu/cahaya yang masih bersifat tradisional seperti
penggunaan obor sebagai alat bantu penangkapn, namun
penggunaannya sudah sangat sedikit bila dibandingkan dengan sebagian besar
nelayan yang sudah menggunakan cahaya/lampu
dengan bantuan batu batrey.
Namun ada sebagian yang masih memanfaatkan cahaya bulan sebagai alat/media
penangkapan cumi.
Lampu yang digunakan
nelayan warnanya bervariasi yaitu biru, merah, kuning, hijau dan putih. Namun
dari pengamatan selama operasi penangkapan, diantara warna lampu yang digunakan
warna biru ,hijau, dan merah yang lebih dominan hasil tangkapannya bila di
bandingkan dengan warna lampu lainnya.
Bila dilihat dari warna
cahaya lampu yang digunakan maka hasil tangkapan lebih dominan pada cahaya
biru. Dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya
dan kecenderungan tingkah laku cumi
dalam merespon adanya cahaya. Tingkah laku cumi
kaitannya dalam merespon sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan
adalah kecenderungan agar cumi
berkumpul di sekitar sumber cahaya.Pemilihan
warna lampu dan Intensitas warna dalam hal penangkapan, nelayan belum banyak
mengetahui bahwa warna cahaya yang digunakan juga sangat menentukan jumlah
hasil tangkapan.
Dalam operasi penangkapan cumi, nelayan banyak yang
menggunakan lampu berwarna biru, merah, dan hijau. Penggunaan lampu berwarna
biru sangat dianjurkan dalam penangkapan cumi maupun ikan yang menggunakan
cahaya sebagai alat bantu penangkapan. Hal ini
disebabkan cahaya biru mempunyai panjang gelombang paling pendek dan daya
tembus ke dalam perairan relatif paling jauh dibandingkan warna cahaya tampak
lainnya, sehingga baik secara vertikal maupun horizontal cahaya tersebut mampu
mengkover luasan yang relatif luas dibandingkan sumber cahaya tampak lainnya.
Berkebalikan
dengan cahaya biru, cahaya merah yang mempunyai panjang gelombang yang relatif
panjang diantara cahaya tampak, mempunyai daya jelajah atau daya tembuskedalam perairan
yang relatif terbatas. Sehingga, cumi
ataupunikan-ikan yang awalnya berada jauh dari
sumber cahaya (perahu),
dengan berubahnya warna sumber cahaya, ikut mendekat ke arah sumber cahaya
sesuai dengan daya tembus cahaya merah. Dengan dibatasinya gerakan cumi atau ikan tersebut, maka
operasi penangkapan akan lebih mudah dan nilai keberhasilannya lebih tinggi.
Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu
penangkapan cumi-cumi dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya itu
sendiri.
Faktor lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi (penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis. Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut.
Faktor lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi (penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis. Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut.
Warna
cahaya dan panjang gelombang dari masing-masing warna
cahaya yang
tampak disajikan dalam tabel berikut.
4.7 Penentuan Daerah
Penangkapan
Penentuan fishing ground yang tepat
merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan hasil tangkapan.
Pemilihan Fishing ground yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Perairan
tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan ataupun organisme lain dengan mudah
datang secara bersama dalam bentuk kelompok dan merupakan tempat yang baik bagi
habitat hidup mereka.
2. Perairan
tersebut akan menjadi tempat dimana nelayan dapat dengan mudah mengoperasikan
alat tangkap.
3. Fishing
ground harus dilokasikan sebagai suatu tempat yang bernilai ekonomis.
Penentuan daerah penangkapan( fishing ground ) cumi - cumi oleh
nelayan diperairan sekitar Leihitu hanya berdasarkan pengalaman yang sudah
turun – temurun melakukan operasi penangkapan tanpa adanya suatu teknologi yang
digunakan untuk membantu para nelayan mengetahui daerah penangkapan yang
potensial untuk melakukan penangkapan cumi. Proses penangkapan cumi dilakukan
hanya di dekat perairan pantai dengankedalaman perairan berkisar antara 30 - 50
meter.
Potensi penyebaran cumi di sekitar
perairan Leihitu hingga sampai laut seram cukup besar hal ini dapat dilihat
dari banyaknya nelayan yang melakukan operasi penangkapan yang menyebar mulai
dari perairan sekitar negeri lima, seith, hila, kaitetu, hingga diperairan
sekitar hitu ( lihat peta lokasi penangkapan, daerah yang di arsir pada
lampiran 1).Nelayan dalam mencari keberadaan gerombolan cumi hanya mengandalkan
pengalaman semata tanpa mengetahui dimana letak daerah yang potensial cumi.
Alat tangkap yang disettingkemudian di
biarkan hanyut mengikuti arah arus dan ketika alat tangkap termakan/tersambar
cumi, maka nelayan akan bertahan di lokasi tersebut untuk melanjutkan aktifitas
penangkapan. Selanjutnya jikalau lokasi tersebut sudah kurang tangkapannya,
maka lokasi penangkapan dipindahkan ke tempat lain dengan alat tangkap
dibiarkan dalam perairan sambil menunggu pancing termakan cumi dan dibiarkan
hanyut mengikuti arah arus.
4.8
Faktor-faktor yang Mempengaruhi hasil Tangkapan.
Selama pengambilan data berlangsung ada beberapa factor yang
mempengaruhi hasil tangkapan cumi dan ini juga berdasarkan hasil wawancara
dengan nelayan yaitu sebagai berikut :
·
Cuaca
Cuaca merupakan hal yang
sangat mendukung keberhasilan penangkapan dan sangat berpengaruh terhadap hasil
tangkapan, hal ini dapat dilihat dari pengalaman nelayan selama penangkapan.
Jika cuaca tenang maka hasil tangkapan nelayan lebih banyak sebaliknya jikalau
cuaca yang kurang baik dalam artian gelombang tinggi dan angin kencang disertai
hujan yang deras, maka hasil tangkapan nelayan menurun.
·
Bulan
Mengingat penangkapan cumi
hanya dilakukan pada waktu bulan terang, makaCahaya bulan juga merupakan salah
satu factor yang mempengaruhi hasil tangkapan nelayan. Menurut nelayan,hasil
tangkapan cumi biasanya banyak
tertangkap pada saat usia bulan dari 1-10 hari dan saat bulan hendak masuk atau
terbenam kembali hal ini
merupakan pengalaman nelayan yang sudah turun – temurun melakukanpenangkapan.
Hal ini di indikasikan bahwa ketika fase bulan mencapai umur 11 hingga 15 hari
cahaya bulan tersebar merata dipermukaan perairan sehingga penyebaran cumi
tidak terkonsentrasi pada satu sumber cahaya.
Arus
Arus
merupakan salah satu faktor lingkungan yang turut mempengaruhi hasil tangkapan.
Ketika arus yang kencang serta arah arus yang tidak menentu
sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan cumi. hal ini dikarenakan bahwa ada
Beberapa alat tangkap yang di operasikan pada satu lokasi penangkapan sering
tersangkut antara satu dengan yang lain sehingga sangat mempengaruhi laju hasil
tangkapan dari masing masing-masing alat tangkap.
·
Pasang Naik dan Turun
Berdasarkan hasil interview dengan nelayan menyebutkan
bahwa pasang naik dan pasang surut berpengaruh juga terhadap hasil tangkapan,
namun pernyataan ini belum dapat di pakai sebagai suatu pernyataan yang valid
mengenai problema yang dapat mempengaruhihasil tangkapan, karena belum adanya
satu penelitian atau pun artikel yang menunjukkan hal tersebut. Namun menurut
pengalaman nelayan selama ini bahwa, saat pasang naik maka hasil tangkapan yang
diperoleh lebih sedikit. Sebaliknya, jika terjadi pasang surut maka hasil
tangkapan yang diperoleh lebih banyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar