Read more: http://mas-andes.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-kolom-komentar-blog-auto.html#ixzz2j9nq1MnA er

Kamis, 15 November 2012

Fisiologi dan Tingkah Laku Renang Ikan.



Fisiologi dan Tingkah Laku Renang Ikan.

1. Pendahuluan.

Pemgetahuan tentang tingkah laku renanng ikan yang menunjang bidang penangkapan antara lain adalah distribusi  dan ruaya ikan, tingkah laku berkelompok (schooling behviour), keragaan renang, kebiasaan makan, pola penyelamat diri, serta berbagai pola tingkah laku  lainnya yang memungkinkan ikan dapat tertangkap maupun meloloskan diri dari suatu alat tangkap. Pengetahuan tentang tingkah laku ikan sangat di perlukan dalam mengembangkan teknik dan metode penangkapan ikan yang efektif dan efisien.

Setiap aktivitas hidup ikan tidak terlepas dari kemampuan gerak. Kemampuan gerak ikan di tentuakan oleh organ gerak seperti jaringan otot, sirip dan jaringan saraf. Kemampuan ikan melakukan gerak menyebabkan ikan dapat berenang malaksanakan aktivitas migrasi baik untuk mancari makan, mamijah maupun manghindari predator. Setiap jenis ikan memiliki perbedaan kemampuan renang, tergantung dari bentuk tubuh dan pola tingkah laku renangnya. Kemampuan renang juga berhubungan  dengan sisitem kontrol saraf, pergerakan sirip ika dalam air yang di pengaruhi oleh adanya perintah saraf yang berpusat diotak.

Tingkah laku renang ikan secara umum dapat dijelaskan dengan pola tingkah laku renang, kecepatan renang, dan ketahanan renang ikan. Pola tingkah laku renang ikan adalah dalam bentuk  atau gambaran  gerakan ikan ketika  berenang yang di pengaruhi oleh sirip ikan dan juga oleh bentuk tubuh ikan.  Kecepatan dan ketahanan renang ikan merupakan  faktor mendasar yang perlu di ketahui  untuk meningkatkan efesiensi penangkapan maupun untuk mendapatkan hasil tangkapan yang selektif terhadap spesies dan ukurannya.

2. Sistem Kontrol Saraf saat Ikan Berenang

Ikan termasuk hewan vertebrata berdarah dingin (poikiloterm), hidupnya di air, bernapas dengan insang, pergerakan dan kesiambungan tubuh dalam air di atur oleh sirip. Sirip ikan beraneka ragam, terbagi atas lima bagian yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectorsl fin), sirip perut (ventral fin), sirip dubur (anal fin), sirip ekor (caudal fin). Dalam hubungannya dengan aktivitas renang ikan di dalam air maka sirip sangat memegang peranan penting.

Pergerakan sirip ikan dalam air  di pengaruhi oleh adanya perintah saraf yang berpusat di otak. Otak merupakan pusat kendali semua aktivitas suatu individu (hewan) yang seluruh pesanya di kirim melalui saraf. Tanpa ada saraf sebagai kendali ikan saat berenang maka ikan tidak bisa melakukan aktivisa renangnya dengan baik.
Peningkatan aktivitas renang ikan pada siang hari atau pada malam hari telah banya di teliti oleh para ahli. Boulanger (1992); Blaxter (1969) di acu dalam Gunarso (1985) mengemukakan hasil penelitian yang dilakukan sehubungan dengan aktivitas renang dari sejumlah ikan baik yang hidup di laut maupu di air tawar. Dikemukakan bahwa kebanyakan ikan bertulang rawan (elasmobranchii) serta ikan bertulang keras/bertulang sejati (teleostei) seperti ikan pari (R. clavata), dan spotted sea perch (Epinephelus rubra), serta beberapa jenis yang lain, ternyata lebih aktif berenang pada malam hari dari pada siang hari. Selanjutnya jenis ikan lain seperti belanak (Mugil cephalus) dan jenis kakap merah (Pagela centrodontus dan Pagrus pagrus) pada malam hari akan mengapung dengan pasif sedikit di atas dasar, sedangkan seabass (Morone labbarx) akan tenang beristirahat di bawah permukaan air.
Yun (1966) dalam Gunarso (1985) telah banyak meneliti tentang kecepatan renang ikan dari jenis Thunidae seperti cakalang, madidihang, tuna sirip biu, dan albakora, diungkapkan bahwa jenis-jenis ikan tersebut memiliki kecepatan renang antara 0.8 – 25 m/det tergantung aktivitas dan ukuran ikan. Selanjutnya Magnuson (1969) diacu dalam Gunarso (1985) meneliti janis tuna lain seperti Euthynnus affinis pada beberapa kondisi tertentu pada saat tidak ada makanan, ika tersebut akan berenang dengan dengan kecepatan rata-rata 80 cm/det pada waktu siang hari dan 83cm/det pada malam hari. Pada saat tersedia makanan yang bisa diburu aktivitas renang ikan akan meningkat sekitar 108 cm/det pada siang hari dan 93 cm/det pada malam hari, sedangkan kuat renang ikan tersebut dalam usaha mencari makan dapat mencapai 35 km/12 jam. Ikan herring membentuk kelompok bergerak menuju daerah pemijahan dengan kecepatan 6 – 10 mil/24 jam, sedangkan bila sudah dekat dengan daerah yang dituju kecepatan akan meningkatt antara 24 – 40 mil/24 jam.
Berdasaraka beberapa hasil penelitian diatas terlihat bahwa setiap jenis ikan mempunyai perlakuan renang yang berbeda-beda tergantung kepentingan masing-mmasing kelompok ikanseperti saat mencari makan, musim memijah, dan aktivitas lainnya. Dalam hubungannya dengan aktivias renang kan, maka alat yang mengontrol ikan saat melakukan aktivitas renangnya adalah sistem saraf.
Sistem syaraf pada hewan khususnya ikan memagang peranan penting dalam komukasi antar sel saraf. Ribuan informasi ecil dari berbagai indera seperti salinitas , suhu, periode panjang hari dan lain-lain diintegrasikan dengan sistem hormonal untuk mengotrol osmoregulasi, metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, dan lain-lain.

Sumber : Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan Pada Perikanan Tangkap
                Prof.Dr.Ari Purbayanto.MSc dkk.

Rabu, 14 November 2012

Peranan Ilmu fisiologi dan Tingkah laku Ikan.



Peranan Ilmu fisiologi dan Tingkah laku Ikan.
Peranan ilmu fisiologi dan tigkah laku ikan sangat signifikan dalam menunjang perkembangan ilmu dan teknologi peangkapan ikan. Pada proses penangkapan ikan, prinsip tingkah laku ikan yang menjadi sasaran tangkapan harus didukung  oleh pemahaman terhadap indera utama dari ikan. (sense organ) khususnya indera penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, gurat isi (linea lateris), dan sebagainya  (Gunarso 1985). Indera-indera tersebut merupakan indera penting pada ikan yang berhubungan dengan natural behavior. Lebih lanjut di jelaskan bahwa pengetahuan natural behavior ikan yang menunjang bidang penangkapan antara lain : distribusi, migrasi, tingkah laku berkelompok (schooling behaviour) serta hal-hal lain yang memungkinkan ikan-ikan dapat ditangakap.
Kondisi fisiologi dalam hubungan dengan pengetahuan tingkah laku ikan dapat diterapkan untuk berbagai metode dan taktik dalam usaha penangkapan. Brandt (1984)telah mengelompokkan taktik-taktik tersebut sebagai berikut :
1.      Menarik perhatian ikan (fish attraction), yaitu metode dengan cara mengumpulkan ikan kedalam ruang lingkup suatu alat tangkap.
2.      Mengejuti ikan (fish frigtening), yaitu metode untuk mengejutkan ikan dari suatu posisi yang dianggap tidak menguntungkan bagi penangkapan.
3.      Merangsang ikan agar melompat (inducing fish to jump), yaitu metode yang dipakai untuk merangsang ikan agar melompat.
Rangsangan untuk menarik perhatian ikan ke dalam suatu area operasi penangkapan disesuaikan dengan sifat ikan itu sendiri yang behubungan dengan dengan natural behavior. Sifat dan rangsanganini dapat berupa rangsanagan  fisik atau kimia. Jenis rangsangan untuk menarik perhatian ikan antara lain:
1.      Rangsangan penglihatan (optical stimuli), rangsangan yan di berikan atau ditiambulkan untuk merangsang penglihatan sebagai akibat dari gerak, bentuk dan warna.
2.      Rangsangan kimiawi (chemical stimuli), suatu ransangan yang umumnya akan merangsang indera penciuman (olfactory) dan perasa (gustatory)
3.      Rangsangan pendengaran (acoutic stimuli), yaitu hal-hal yang akan merangsang pendengarann.
4.      Rangsangan listrik (electrical stimuli), yaitu suatu rangsangan yang memberikan rangsangan pada kemampuan merasakan arus listrik.
5.      Tempat-tempat berlindung sebagai pikatan.